Konflik manusia-gajah (KMG) menjadi suatu masalah yang tidak bisa terhindarkan di tengah persaingan kebutuhan ruang antara manusia dan gajah. Upaya mitigasi konflik dengan early warning system (EWS) sebenarnya telah dikembangkan oleh lembaga lokal, salah satunya GPS collar. Upaya ini memungkinkan posisi gajah dapat terdeteksi lebih dini, namun dalam penggunaannya masih memiliki berbagai tantangan.

Fakultas Kehutanan UGM bekerjasama dengan Tropical Forest Conservation Action-Sumatra (TFCA-Sumatera) mengembangkan sistem informasi yang akan menggunakan teknologi bioakustik dan mobile application yang diterjemahkan sebagai informasi potensi konflik. Program ini membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, sehingga kami sebagai tim pelaksana melakukan audiensi ke beberapa instansi, seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Frankfurt Zoological Society, dan Forest Programme II.

Semua stakeholder yang dikunjungi memberikan respons yang baik, dan saran yang membangun untuk program “Pengembangan Sistem Informasi Deteksi Dini Konflik Manusia-Gajah berbasis WebGIS melalui Pemanfaatan Mobile Application dan Bioakustik di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh-Jambi”. Program untuk konservasi gajah sejalan dengan upaya konservasi pada setiap stakeholder. Dan tidak hanya itu, inisiasi program ini dirasa memiliki kebaharuan dalam metode yang digunakan, terutama dalam strategi mempercepat respon mitigasi konflik manusia-gajah.

Sistem informasi juga dibangun dengan melihat sistem yang sudah ada, seperti sistem yang dimiliki oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi. Tentu saja, hal ini dirasa sangat mendukung bagi tim program karena terjadi sinkronisasi yang baik antara data yang akan dihasilkan dan data yang sudah ada. Tim program perlu mempelajari secara khusus data yang sudah ada, sehingga bisa membangun workflow sistem yang tepat.
