SATWA LIAR UGM- Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Yayasan Good Forest Indonesia (dulu Fairventures Worldwide (FVW) Indonesia) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah telah mengembangkan sistem untuk menggerakkan stakeholder dan masyarakat dalam pengumpulan data keanekaragaman hayati dan potensi alam yang berada di sekitar mereka. Fase pengembangan ini sudah mencapai tahap pelatihan pada Selasa (28/2/2024) di Desa Tahawa, Kalimantan Tengah. Hal ini juga jadi penanda bahwa sistem informasi sudah siap digunakan di lapangan.
Dari segi nama, Himba sendiri memiliki makna hutan belantara. Bagi masyarakat Dayak, kata Himba mempunyai arti yang sakral. “Harapannya, penggunaan kata Himba dapat menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap sistem informasi ini sehingga mereka mempunyai antusiasme tinggi untuk berkontribusi sebagai kontributor data,” ucap Bapak Sadtata Noor Adirahmanta pada saat beliau masih menjabat sebagai Kepala BKSDA Kalimantan Tengah. Selain itu, tersemat juga harapan agar kekayaan hutan rimba Kalimantan tetap bisa lestari.
Secara resmi, Himba juga telah dirilis ke publik pada saat peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Tahun 2023 resmi diselenggarakan pada tanggal 6 – 8 November 2023 di Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Peluncuran dilakukan langsung oleh Direktur Jenderal KSDAE, Bapak Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Agr.Sc. Sistem informasi Himba mempunyai dua bagian yakni webGIS dan aplikasi mobile. WebGIS berfungsi sebagai tempat pengelolaan data baik spasial maupun non spasial yang hak kelolanya dimiliki oleh BKSDA Kalimantan Tengah sedangkan aplikasi dapat dipasang (install) pada ponsel android dan bisa digunakan sebagai media input data oleh masyarakat dan petugas BKSDA Kalimantan Tengah. Aplikasi Himba telah didesain untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan keanekaragaman hayati di Kalimantan Tengah dan mempunyai tampilan yang user-friendly agar mudah dipakai oleh semua kalangan masyarakat. Ketersediaan jaringan internet yang tidak merata dan menyeluruh di Kalimantan Tengah juga sudah dipertimbangkan dalam pembangunan aplikasi dengan tersedianya fitur offline.
Pengembangan Himba menjadi poin penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Kalimantan Tengah. Hal ini terbukti dari penyampaian respon Bapak Persada Agussetia Sitepu, S.Hut.,M.Si. sebagai Kepala BKSDA Kalimantan Tengah saat ini. Dalam pertemuan “Pelatihan Aplikasi Himba” di Kantor BKSDA Kalimantan Tengah, beliau menyampaikan bahwa sistem ini juga bisa bermanfaat dalam pengelolaan data dan informasi, baik itu dari pengumpulan sampai dengan penyajian. “Permasalahan pemerintah untuk pemangku kawasan seperti BKSDA adalah aliran data yang banyak sehingga harus dikelola dan disikapi dengan baik dan bijaksana,” imbuh Bapak Agussetia.
Tahap pelatihan ini diikuti dengan sangat antusias, hal ini terlihat dari 15 orang staf Balai KSDA Kalimantan Tengah dan 5 orang masyarakat yang hadir dalam pelatihan. Dengan pelatihan yang baik, pengguna dapat mengatasi masalah dasar sendiri, mengurangi permintaan bantuan dari tim dukungan teknis. Hal ini tentu saja membutuhkan jam terbang dalam penggunaan aplikasi, namun setidaknya proses pelatihan membuka wawasan baru dan yang dianggap rumit. Ketika pengguna merasa nyaman dan percaya diri dalam menggunakan aplikasi, maka akan cenderung lebih puas dan setia (mau menggunakan secara berkelanjutan).
Catatan: Aplikasi Himba tersedia di Google Play Store, namun verifikasi akun akan dilakukan oleh BKSDA Kalimantan Tengah untuk menghindari bias dalam data input.