SATWA LIAR FKT UGM – Perjalanan kali ini cukup panjang. Rahma Ayu Nabila dan Giot Simanullang bersama dengan Dr. Muhammad Ali Imron, mengunjungi sebuah kampung yang ada di Sabah, Malaysia. Namanya kampung Sukau, butuh perjalanan kurang lebih sehari-semalam dari Yogyakarta untuk menuju ke lokasi ini. Di sana, kami bertemu dengan Dr. Alexander Mossbrucker dan Karl Radtke dari International Elephant Project (IEP) dan Sumatran Elephant Conservation Initiative (SECI) yang sudah sampai terlebih dahulu.
Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk memperkenalkan bioakustik gajah menggunakan alat perekam Eloc. Kantor Seratu Aatai menjadi tujuan pertama kami berlima. Seratu Aatai merupakan organisasi yang bergerak dalam pelestarian gajah kalimantan. Dalam hal ini, Seratu Aatai sedang mengerjakan project bersama terkait bioakustik gajah kalimantan.
Pelatihan singkat dan sederhana kami lakukan kepada para staf tentang penggunaan Eloc dan aplikasi Eloc control panel. Pengecekan kondisi juga dilakukan, termasuk baterai dan SD Card agar siap dipasang keesokan hari. Tak lupa, penggunaan software analisis yaitu Raven Pro juga menjadi materi pada pelatihan kali ini.
Keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan dengan pemasangan Eloc di hutan. Kami bersama tim berangkat menggunakan boats, menjelajahi aliran sungai Kinabatangan tuk menuju titik- titik pemasangan alat di hutan. Beberapa hal menjadi pertimbangan kami untuk pemilihan lokasi pemasangan, seperti jalur gajah kalimantan, penemuan jejak dan tanda, hingga tutupan yang cukup terbuka untuk memastikan solar panel yang terpasang pada Eloc dapat berfungsi dengan baik. Total terdapat 9 Eloc yang dipasang yang masing-masing memiliki jarak sekitar 200-300 m dari satu alat ke alat lain. Ketika memasang alat kami menemukan bekas telapak kaki gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) yang masih baru. Selain itu pada titik terakhir memasang alat, kami menemukan tulang gajah yang mati sekitar tahun lalu.
Para Penghuni Liar Kinabatangan
Satu rahasia perjumpaan satwa yang kami rasakan: sulit bertemu jika dicari, mudah bertemu jika tidak dicari. Saat perjalanan pemasangan alat dan singgah di sebuah cafe, kami menemui banyak sekali satwa seperti lutung merah, tupai hitam, beruk, rangkong, hingga buaya muara. Namun, keesokan harinua ketika kami pergi menyusuri Sungai Menanggul untuk melihat berbagai satwa, khususnya orangutan kalimantan. Kami tidak menemukannya. Sedikit kecewa, tapi tak mengapa. Berbagai jenis burung dan seekor bekantan sudah kami jumpai. Dalam perjalanan, kami juga melihat rangkaian tali setinggi kurang lebih 10 meter di atas air sungai. Tali- tali tersebut terjalin rapi membentuk jembatan penyebrangan. Rupanya, itu adalah koridor penyeberangan orangutan kalimantan. Kata seorang staf, koridor ini cukup berhasil. Beberapa kali orangutan kalimantan terlihat melintas menyebrangi sungai dengan jembatan ini.
Tak puas dengan penjelajahan pagi hari tadi, pada siang harinya, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah kebun sawit bernama Melangking Oil Palm Plantation (MOPP). Perkebunan ini cukup terkenal dan beberapa kali kami bincangkan karena terdapat gajah kalimantan liar yang sering terlihat. Betul saja, begitu kami sampai di perkebunan kelapa sawit yang sangat luas ini. Seekor gajah jantan berlari menjauhi mobil kami. Mungkin karena terkejut. Sontak, kami keluar dari mobil namun terlambat. Seekor gajah tersebut sudah terlalu jauh dan tak terlihat lagi. Kami yang saat itu diantar oleh tim Malaysia, berjalan santai sambil melihat sekitar. Berdasarkan penjelasan salah satu staf MOPP, gajah sering masuk perkebunan saat masa chipping, sebab banyak sumber makanan bagi para gajah. Chipping merupakan kegiatan menumbangkan dan memotong-motong pokok sawit, hal ini bertujuan untuk replanting pokok sawit yang telah berusia tua. Saat asyik mengobrol sambil berjalan, tiba tiba terdengar sayup sayup suara trumpet dari jauh. Serentak, kami was- was sambil melihat ke arah sumber suara. Benar saja, terlihat jelas seekor gajah jantan yang tak jauh dari tempat kami berdiri. Mungkin jaraknya sekitar 20 meter. Gajah itu nampak melihat ke arah kami, sambil mengeluarkan beberapa suara trumpet. Tak lama, gajah itu hilang dari pandangan kami, menuju ke dalam kebun sawit lagi.
Hari- hari di Kinabatangan terasa cepat berlalu. Hari terakhir, tepatnya di pagi hari. Kami sudah bersiap untuk mengunjungi destinasi terakhir, yaitu stasiun penelitian orangutan kalimantan. Diantar oleh tiga orang pemandu lapangan, kami bersama Pak Imron dan Alex berjalan menjelajahi hutan. Sayangnya, tak ditemukan keberadaan orangutan kalimantan. Kami hanya bertemu dengan beberapa sarang orangutan. Namun pada pagi hari itu, kami cukup beruntung karena bisa menjumpai beberapa jenis primata lainnya, seperti owa kalimantan. Perjalanan di stasiun penelitian orangutan ini sekaligus menutup penjelajahan kami di Kinabatangan. Berkunjung ke Kinabatangan menjadi.pengalaman luar biasa, apalagi disini kami bisa melihat berbagai jenis satwa, khususnya bertemu langsung dengan gajah kalimantan liar. Oh iya, bonus satu foto di malam terakhir saat kami berdua diajak pesta inai, pesta ala orang melayu sebelum mempelai pria menikah. Terimakasih Kinabatangan, sampai berjumpa lagi!