Di tengah ancaman terhadap keanekaragaman hayati global maupun Indonesia, teknologi bioakustik hadir sebagai pendekatan inovatif dalam upaya konservasi. Melalui pemanfaatan suara alam –mulai dari kicauan burung hingga mamalia besar— bioakustik memungkinkan kita untuk melakukan survei ataupun pemantauan. Dr. Muhammad Ali Imron selaku Kepala Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar Fakultas Kehutanan UGM, turut melihat kajian ini sebagai ilmu masa depan di bidang konservasi. Apalagi penerapan bioakustik di Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dalam penanganan masalah konflik manusia-satwa.
Artikel populer
Gajah kalimantan (Elephas maximus borneensis), subspesies dari gajah asia (Elephas maximus), kini menghadapi ancaman serius yang memicu perhatian internasional. Baru-baru ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) merilis status konservasinya sebagai spesies Endangered/terancam, melalui penilaian yang dilakukan pada November 2023. Kategori status tersebut diberikan kepada spesies-spesies yang menghadapi risiko kepunahan tinggi di alam liar pada waktu yang akan datang. Penetapan status konservasi ini menyoroti urgensi perlindungan dan langkah-langkah konservasi yang lebih efektif untuk menyelamatkan gajah kalimantan dari ambang kepunahan.
Apa hal yang paling ditunggu saat melihat orang utan di habitat alaminya? Tentu bisa melihat mereka bergerak bebas kesana- kemari, bergelantungan dari dahan ke dahan untuk mengambil buah masak, lalu dimakan. Namun, bagaimana jika tak banyak lagi dahan yang terhubung?
Meski dikenal sebagai satwa arboreal, ternyata orang utan juga dapat melakukan lebih banyak gerakan terestrial pada kondisi tertentu. Salah satunya, ketika adanya gangguan hutan yang menyebabkan penurunan kualitas habitat. Hal ini membuat orang utan mau tak mau harus beradaptasi, bahkan mengalami perubahan pola aktivitas harian yang berpotensi menurunkan kebugarannya.
Tidur adalah kebutuhan semua makhluk hidup termasuk satwa liar. Bagi satwa liar yang termasuk diurnal, kebutuhan tidur dipenuhi pada saat malam hari, sedangkan satwa nokturnal termasuk di dalamnya ada kukang Jawa justru tidur pada pagi hari dan beraktivitas pada malam hari.
Predasi hewan ternak oleh predator merupakan tantangan bagi dunia konservasi secara global. Adanya predasi yang dilakulan oleh satwa karnivora besar membuat konflik dengan manusia tidak dapat dihindarkan dan berujung pada penurunan populasi satwa tersebut. Berkaitan dengan permasalahan ini, beberapa peneliti dari The University of New South Wales berhasil menemukan penemuan yang menarik. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa menggambar mata pada tubuh bagian belakang hewan ternak mampu melindungi hewan tersebut dari serangan singa. Golongan kucing besar termasuk singa adalah predator penyergap. Adanya gambar mata pada tubuh belakang ternak membuat predator mengira telah dilihat oleh mangsanya sehingga mereka meninggalkan mangsa itu. Teknik dalam penelitian yang dilakukan di Botswana ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi untuk meminimalkan konflik antara manusia dan karnivora besar.
Baluran merupakan salah satu taman nasional yang letaknya berada di Banyuwangi, Jawa Timur. Kawasan taman nasional ini kerap dijuluki sebagai Afrika-nya Jawa. Ekosistem hutan musim yang dipadukan dengan hamparan savana yang ada di Taman Nasional Baluran akan mengingatkan kita dengan pemandangan lanskap hutan di Afrika. Keberadaan satwa seperti macan tutul jawa, ajak, kerbau, banteng, rusa jawa, dan kijang semakin melengkapi keeksotisan dari Taman Nasional Baluran.