Tidur adalah kebutuhan semua makhluk hidup termasuk satwa liar. Bagi satwa liar yang termasuk diurnal, kebutuhan tidur dipenuhi pada saat malam hari, sedangkan satwa nokturnal termasuk di dalamnya ada kukang Jawa justru tidur pada pagi hari dan beraktivitas pada malam hari.
Kebiasaan tidur yang unik dari satwa nokturnal ini membuat Dr. Muhammad Ali Imron, dosen satwa liar Fakultas Kehutanan UGM tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Bersama dengan 4 peneliti asing yang berasal dari Oxford Brookes University, University of Oxford, University of Oslo dan University of Barcelona beliau melakukan penelitian terhadap pola tidur primata nokturnal di alam liar. Objek dari penelitian ini adalah tujuh individu kukang jawa (Nycticebus javanicus) yang habitatnya berada di Gunung Puntang, Garut, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kukang liar tidur 3 jam lebih lama dibandingkan manusia. Jika biasanya manusia butuh waktu 8 jam untuk tidur, kukang bisa tidur sampai 11 jam per hari. Tingkat cahaya adalah salah faktor yang mengatur jam biologis kukang. Saat tingkat cahaya rendah (matahari terbenam), kukang akan bangun dari tidurnya untuk melakukan aktivitas. Sebaliknya, saat tingkat cahaya tinggi (matahari terbit) satwa ini akan bersiap untuk tidur.
Pola tidur kukang juga sangat bergantung pada suhu lingkungan di sekitarnya. Pada lingkungan dengan suhu yang hangat, kukang bisa tidur lebih lama. Ini berarti tergusurnya habitat kukang ke dataran tinggi yang bersuhu dingin akibat adanya deforestasi dan ekspansi pertanian di Pulau Jawa dapat memengaruhi waktu yang dibutuhkannya untuk tidur. Intensitas tidur kukang menjadi berkurang saat mereka berada di daerah yang bersuhu dingin.
Klik link berikut ini untuk membaca hasil lengkap penelitiannya https://www.nature.com/articles/s41598-019-45852-2