Ditulis oleh: Giot M I Simanullang
Berbicara tentang gajah sepertinya tidak ada habisnya, mamalia terbesar ini memiliki keunikan tersendiri, mulai dari perilaku, kehidupan berkelompoknya, hingga cara mereka berkomunikasi. Keunikan inilah yang membuat saya ingin mengenal lebih jauh lagi mamalia yang satu ini terlebih tentang cara mereka berkomunikasi, Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan melakukan penelitian tentang vokalisasi gajah di salah satu taman nasional di pulau Sumatera yaitu Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di CRU (Conservation Responses Unit) Tangkahan atau saat ini disebut Pusat Latihan Satwa Khusus, Resor Tangkahan. Untuk menuju lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan umum atau pribadi selama 3-4 jam dari kota Medan. Resor Tangkahan termasuk zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Leuser. Wilayah ini merupakan tempat wisata yang menyimpan banyak potensi dan keindahan di dalamnya, banyak yang menyebutnya “The Real Hidden Paradise“, dan memang benar keindahan sungai. jembatan, hamparan hutan luas dan segala sesuatu di dalamnya memang patut diacungi jempol.
1 September 2021, saya dan teman saya tiba di tempat ini. Sebelum melakukan penelitian kami berkenalan terlebih dahulu dengan mahout (pawang gajah) disana, melihat kegiatan sehari-hari gajah bersama pawangnya dan tentu saja berkenalan dengan gajahnya. Di CRU ini terdapat 10 gajah yang terdiri 1 ekor jantan dewasa, 4 ekor betina dewasa, 5 anak gajah yang terdiri dari 2 jantan dan 3 betina. 1 diantara anak gajah baru saja lahir pada 17 November kemarin dengan berjenis kelamin jantan.
Penelitian ini bekerja sama dengan IEP (International Elephant Project) dan SECI (Sumatran Elephant Conservation Initiative). Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik vokal gajah sumatera yang dikaitkan dengan perilakunya. Untuk mendapatkan suara gajah digunakan alat perekam suara yakni SWIFT Recorder, Audiomoth dan juga ELOC yang saya dapatkan sesampainya di Tangkahan. Sebelum digunakan alat dikonfigurasi dan diatur untuk merekam suara dalam rentang waktu tertentu. Alat tersebut ditempatkan di sekitar kandang dan dibawa ketika gajah masuk hutan untuk digembalakan (ngangon). Setiap hari gajah dibawa ke hutan agar gajah dapat memakan pakan alami yang berada di hutan. Saya juga mencatat aktivitas individu gajah setiap hari sehingga suara yang didapatkan dikorelasikan atau dikaitkan dengan perilakunya. Setiap hari gajah dimandikan pada pagi hari sebelum ke hutan, lalu digembalakan (ngangon) ke hutan bersama mahout (pawang gajah). Lalu sore hari pulang dari hutan, mandi dan berada di dalam kandang hingga paginya. Di dalam kandang, gajah diberikan makan rumput gajah dan daun pelepah sawit. Selain itu juga diberikan suplemen makanan berupa bubur (beras, jagung, gula merah, dan lainnya) 2-3 kali setiap bulannya.
Pengamatan dilakukan setiap hari pada pagi hingga malam hari selama kurang lebih 2 bulan. Selain melakukan pengamatan, saya melakukan pengecekan alat seperti mengganti baterai atau mengecek apakah alatnya eror atau rusak. Data suara yang ada pada alat dipindahkan secara berkala ke dalam harddisk. Setelah dipindahkan, alat dipasang kembali. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan software Raven Pro 1.6. Sebagian besar komunikasi akustik pada gajah afrika dan asia berada di bawah pendengaran manusia (infrasonik). Suara ini digunakan untuk berkomunikasi antara gajah yang terpisah hingga beberapa kilometer jauhnya. Pada penelitian yang dilakukan pada gajah afrika, gajah memiliki berbagai jenis tipe suara seperti growl, snort, roar, trumpet, squeaks, dan tipe lainnya. Suara-suara ini memiliki kisaran frekuensi yang bervariasi. Jika penasaran dengan suara gajah berikut salah satu contohnya:
Suara ini disebut long-roar rumble, yang dikeluarkan induk gajah ketika memanggil anaknya yang berada jauh dari pandangannya.
Banyak hal menarik dan pengalaman baru yang saya dapatkan selama disana, memandikan dan memberi makan gajah, dikejar anak gajah, alat yang tak sengaja diinjak gajah, bertemu dengan berbagai satwa penghuni Leuser dan banyak cerita lainnya. Semoga suatu saat nanti bisa kesana lagi
Yuk, kita jaga gajah, biar keunikannya masih bisa dilihat oleh anak cucu kita dan kali ini bukan sekedar cerita saja.