SATWALIAR.FKT.UGM – Mengakhiri bulan Mei, kegiatan pengembangan sistem deteksi dini telah sampai pada agenda sosialisasi yang berlokasi di Hotel Odua Weston, Jambi pada Selasa (31/05/2022). Sosialisasi diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) bertujuan untuk memperkenalkan tujuan serta rangkaian program kepada para stakeholder yang terlibat. Tak hanya itu, sosialisasi ini juga digunakan sebagai penanda dimulainya kegiatan pengambilan data lapangan pada bulan Juni ini.
Kegiatan sosialisasi dibagi menjadi dua sesi utama, yaitu seminar dan Focus Group Discussion (FGD). Total peserta yang hadir sebanyak 21 orang, dengan perwakilan instansi terkait yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Lembaga Frankfurt Zoological Society, Lembaga Forest Programme II, Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera), Fakultas Pertanian Universitas Jambi, PT. Alam Bukit Tiga Puluh, dan PT. Lestari Asri Jaya.
Sambutan dari Kepala BKSDA Jambi menjadi awal pembukaan sosialisasi, yang diwakilkan oleh Bapak Teguh Sriyanto, S.Hut., M.I.L. selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Jambi. Dalam sambutannya, Beliau menceritakan tentang kondisi populasi dan konflik gajah di Lanskap Bukit Tigapuluh. Tak lupa, Pak Teguh juga menyampaikan harapan terhadap tim UGM untuk bisa membantu dalam upaya penyelamatan gajah dan penyejahteraan masyarakat sekitar. Kemudian dilanjut sambutan dari Fakultas Kehutanan UGM yang diwakili oleh Dr. Sigit Sunarta, S.Hut., M.P, M.Sc. selaku Dekan FKT UGM, serta TFCA yang diwakili oleh Dewi Yunita.
Sesi pertama kegiatan sosialisasi diisi dengan seminar oleh Bapak Rahmad Saleh, S. Hut., M. Sc. selaku Kepala BKSDA Jambi dan Bapak Dr. Muhammad Ali Imron, S.Hut., M.Sc. selaku Program Manager. Penyampaian seminar dari Pak Rahmad dilakukan dengan memutar video karena beliau berhalangan hadir secara langsung. Beliau menyampaikan tentang upaya konservasi gajah sumatra yang telah dan akan dilakukan oleh BKSDA Jambi serta tantangan konservasi gajah sumatra terutama di area kerja BKSDA Jambi. Dalam mengelola konflik manusia-gajah, BKSDA Jambi ingin bekerja sama dengan masyarakat, pihak swasta, LSM, dan pemerintah daerah. Penyelamatan gajah dilakukan secara kolaboratif, pengelolaan ekowisata berbasis gajah, dan pengembangan usaha kelompok masyarakat setempat. Pak Rahmad juga mengatakan bahwa tantangan konservasi gajah sumatra terutama di area kerja BKSDA Jambi adalah mencapai tujuan akhir yakni “masyarakat mandiri, gajah lestari”.Kemudian, seminar dilanjut oleh narasumber kedua, yaitu Bapak Dr. Muhammad Ali Imron, S.Hut., M.Sc. selaku Program Manager. Beliau menjelaskan tentang inovasi teknologi dalam usaha pengelolaan satwa liar, pengembangan sistem informasi dengan teknologi terkini dalam upaya membantu konservasi gajah sumatra, dan mengenalkan prototipe sistem informasi yang akan dibuat. Tujuan utama program yang akan dilaksanakan yakni bentuk kontribusi dalam peningkatan akurasi deteksi dini KMG menggunakan metode bioakustik dengan bantuan artificial intelligence (AI) yang akan dikembangkan menjadi mobile application bernama “Datuk Gedang”. Aplikasi tersebut akan memuat fitur laporan perjumpaan gajah, rekap daftar perjumpaan, laporan konflik, bentuk penanganan, dan perangkat bioakustik yang digunakan.
Seminar ditutup dengan diskusi bagi para peserta dan pemateri yang dipandu oleh Teguh Sriyanto sebagai moderator. “Bagaimana dengan GPS Collar yang juga digunakan untuk deteksi potensi konflik?” tanya salah satu stakeholder. Menanggapi pertanyaan itu, Pak Imron menjelaskan bioakustik mampu memonitor individu manapun, tak terbatas pada individu yang dipasang GPS Collar.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi kedua yang berisi FGD selama 60 menit. FGD ini dibagi menjadi dua grup. Grup pertama mendiskusikan mengenai peran stakeholder dan grup kedua mendiskusikan fitur sistem informasi yang dibutuhkan. Hasil dari pembahasan dan diskusi selama pelaksanaan sosialisasi ini menghasilkan berita acara yang menyatakan bahwa sistem informasi ini dikembangkan dalam rangka melengkapi upaya mitigasi KMG yang sudah, juga sebagai sarana meningkatkan respon petugas dalam menangani KMG. Selain itu alur sistem informasi perlu dilengkapi dengan alur akses data dan jika dibagikan ke publik, data dari sistem informasi perlu diidentifikasi dan dipetakan, diarahkan pada lokasi yang mempunyai sinyal komunikasi yang memadai serta alur sistem informasi perlu dilengkapi dengan alur akses data. Terakhir, perlu pengintegrasian dengan sistem informasi yang sudah ada sebelumnya hingga sistem informasi ini diharapkan menghasilkan tata kelola pengelolaan KMG sebagai exit strategy.
Sesi kedua diakhiri dengan penandatanganan berita acara oleh perwakilan setiap instansi. “Terima kasih atas pemikiran tentang update informasi atas inisiasi yang akan kami lakukan dua tahun ke depan. Kami berharap yang kita kerjakan bersama ini bisa memenuhi kebutuhan untuk mendukung konservasi gajah di wilayah Jambi khususnya di wilayah KEE Bukit Tigapuluh” ucap Pak Imron saat menutup acara.