• Beranda
  • Fakultas Kehutanan
  • UGM
Universitas Gadjah Mada Laboratorium Pengelolaan Satwa Liar
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Personalia
  • Penelitian
  • Publikasi
    • Jurnal
    • Buku
    • Kekayaan Intelektual
    • Video
  • Kursus & Pelatihan
  • Artikel
  • Galeri
  • Kontak
  • Beranda
  • Artikel populer
  • Aktif pada Waktu yang Berbeda, Taktik yang Digunakan oleh Satwa Liar di Taman Nasional Baluran untuk Mempertahankan Hidupnya

Aktif pada Waktu yang Berbeda, Taktik yang Digunakan oleh Satwa Liar di Taman Nasional Baluran untuk Mempertahankan Hidupnya

  • Artikel populer
  • 14 September 2020, 14.44
  • Oleh: admin #1
  • 0

Baluran merupakan salah satu taman nasional yang letaknya berada di Banyuwangi, Jawa Timur. Kawasan taman nasional ini kerap dijuluki sebagai Afrika-nya Jawa. Ekosistem hutan musim yang dipadukan dengan hamparan savana yang ada di Taman Nasional Baluran akan mengingatkan kita dengan pemandangan lanskap hutan di Afrika. Keberadaan satwa seperti macan tutul jawa, ajak, kerbau, banteng, rusa jawa, dan kijang semakin melengkapi keeksotisan dari Taman Nasional Baluran.

Keseimbangan populasi satwa liar yang berada di Taman Nasional Baluran dapat terjaga apabila proses predasi berjalan dengan semestinya. Dalam predasi dikenal dua komponen penting yaitu pemangsa dan mangsa. Macan tutul jawa dan ajak adalah hewan karnivora yang memiliki peran sebagai pemangsa sedangkan satwa ungulata seperti kerbau, banteng, rusa jawa dan kijang berperan sebagai mangsanya. Pemahaman tentang interaksi antar spesies di Taman Nasional Baluran sangat penting untuk diketahui agar dapat menjelaskan bagaimana macan tutul jawa dan ajak yang memiliki kesamaan mangsa dapat hidup berdampingan dan bagaimana para mangsa merespon kehadiran kedua predator tersebut. Prof. Satyawan Pudyatmoko, guru besar UGM dalam bidang ilmu pengelolaan satwa liar menjawab dua pertanyaan tersebut melalui penelitian yang telah dilakukannya di Taman Nasional Baluran.

Tengkorak kepala banteng yang ada di savana Taman Nasional Baluran. Foto oleh Dennis Albihad.

Hasil penelitian Prof. Satyawan menunjukan bahwa okupansi dari macan tutul jawa meningkat seiring dengan kehadiran dari ajak. Pola distribusi spasial yang serupa ini merupakan upaya yang dilakukan oleh kedua predator tersebut untuk menyinkronkan tempat mereka beraktivitas dengan kehadiran para mangsa. Meskipun demikian, macan tutul jawa mempunyai waktu aktif yang berbeda dengan ajak. Kedua fakta tersebut dapat mengindikasikan bahwa seleksi habitat yang dilakukan oleh macan tutul jawa dipengaruhi oleh distribusi dan ketersediaan mangsa serta didorong oleh upaya untuk menghindari pertemuan langsung dengan ajak.

Dalam interaksi antara predator dan mangsa, macan tutul jawa lebih mengincar rusa jawa sebagai mangsanya dan tidak mengincar kijang, kerbau, dan banteng. Studi ini pun menunjukan bahwa hanya banteng yang memiliki respon kuat untuk menghindari ajak sedangkan kemungkinan okupansi suatu area oleh kerbau, rusa jawa, dan kijang terlihat meningkat ketika ajak hadir. Dilihat dari waktu aktifnya, para mangsa terlihat mengubah waktu aktif mereka untuk mengurangi resiko predasi. Temuan dari penelitian menegaskan bahwa interaksi temporal lebih kuat daripada interaksi spasial dalam menentukan kejadian kemunculan bersama baik itu antar predator maupun antar predator dan mangsa di savana tropis dan hutan musim.

Penelitian ini bisa dibaca selengkapanya pada https://link.springer.com/article/10.1007/s13364-018-0391-z

Tags: Baluran Waktu Aktif Wildlife conservationist

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

Locally Rooted Globally Respected

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY